CIREBONPOST — Pelaku bisnis mulai terkena dampak setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengimbau larangan study tour. Salah satunya adalah bisnis travel di Cirebon.
Pengusaha travel mulai mengeluh tentang kebijakan tersebut, menurut Agus Sukmanjaya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon.
“Keluhan sebenarnya sudah ada, sudah mulai (ada keluhan). Beberapa hari yang lalu kami diundang oleh asosiasi pengusaha tour and travel se-Ciayumajakuning,” kata Agus dilansir dari detikJabar, Kamis (6/3/2025).
Menurutnya, ada beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Pertama yaitu mengenai adanya Inpres nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi anggaran.
Kemudian hal lain yang turut dibahas adalah mengenai adanya kebijakan dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang melarang kegiatan study tour bagi anak-anak sekolah.
Agus menjelaskan, “Jadi ada dua hal yang menjadi pokok bahasan. Yang pertama terkait dengan Inpres nomor 1 Tahun 2025, dan yang kedua terkait dengan adanya pernyataan atau imbauan dari Gubernur Jawa Barat terkait dengan kebijakan study tour untuk sekolah-sekolah di Jawa Barat.”
“Persoalannya adalah ini juga mendatangkan reaksi dari para pengusaha tour and travel yang ada di Jawa Tengah. Karena Jawa Barat menutup diri, mereka pun tidak melakukan perjalanan ke Jawa Barat,” kata dia menambahkan.
Agus Sukmanjaya memberikan solusi dalam situasi ini dengan mengajak para pengusaha travel, terutama mereka yang tinggal di daerah Cirebon Raya atau Ciayumajakuning, untuk mencari potensi yang dapat dimanfaatkan.
“Sebetulnya di balik itu ada banyak peluang. Ini sebenarnya bisa menjadi bagian dari evaluasi, bisa juga menjadi bagian dari potensi,” kata Agus.
Namun menurutnya, hal ini tentunya memerlukan kolaborasi antarpihak. Mulai dari pemerintah daerah, dinas terkait, pengusaha travel hingga pelaku usaha pariwisata yang ada di wilayah Cirebon Raya.
Sekarang kita hanya perlu mempertahankan apa yang kita miliki. Ini adalah momentum untuk menurunkan ego sektoral masing-masing kota dan kabupaten. Artinya, kita harus bekerja sama untuk promosi. Kita berbicara tentang wilayah Cirebon Raya, yang mencakup kota dan kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu. Agus menyatakan bahwa baik pemerintah daerahnya, dinasnya, maupun bisnis pariwisatanya.
“Misalnya Kota Cirebon punya apa, Kabupaten Cirebon punya apa, Kuningan punya apa, Majalengka punya apa dan Indramayu punya apa. Nanti teman-teman asosiasi (pengusaha travel) ini lah yang menjahit paket-paket (wisata) yang pelibatannya kabupaten/kota se Cirebon Raya. Itu nanti kita tawarkan ke wilayah lain, misalnya Bekasi, Depok dan lain-lain,” sambung dia.
Menurut Agus, Jawa Barat adalah sebuah daerah yang kaya akan berbagai destinasi menarik, yang bisa dikunjungi oleh anak-anak sekolah.
“Jawa Barat punya banyak destinasi yang bisa dikunjungi oleh anak sekolah. Bukan cuma pariwisata, tetapi juga industri,” ungkapnya.
Di sisi lain, Agus menekankan pentingnya peningkatan kompetensi para pelaku usaha travel untuk memastikan keselamatan selama perjalanan.
Kita harus mulai mengstandardisasi kemampuan masing-masing perjalanan dan perjalanan ini. Selain itu, mungkin terjadi kecelakaan atau hal-hal lainnya karena perusahaan busnya tidak memiliki sertifikasi, asosiasinya tidak terdaftar, dan sebagainya. Agus menyimpulkan bahwa saat ini diperlukan lebih banyak instropeksi dan penggalian potensi.
SUMBER TRAVEL DETIK.COM : Solusi bagi Pengusaha Travel di Cirebon Usai Imbauan Larangan Study Tour